Edukasi Brand Storytelling dan Herbal Ramaikan IP Xpose Indonesia 2025
Jakarta – Rangkaian kegiatan IP Xpose Indonesia 2025 pada Sabtu, 16 Agustus 2025 menghadirkan kolaborasi antara Katajena dan House of Herbs. Acara yang berlangsung di Exhibition Hall, Gedung SMESCO ini menyoroti pentingnya pelindungan kekayaan intelektual (KI) sekaligus pemanfaatannya dalam pengembangan brand dan produk lokal.
Dalam sesi “Meramu Cerita Berdaya”, Jessica Natalie, pendiri Katajena, membagikan pengalamannya membangun brand story sebagai strategi memperkuat identitas produk. Ia menegaskan, cerita yang autentik mampu menciptakan ikatan emosional antara produk dan konsumen.
“Kunci dari berkarya adalah bertumbuh. Mulai dulu saja, lalu bikin yang lebih baik. Brand story bukan sekadar cerita, tetapi identitas yang membedakan kita dari yang lain,” ujar Jessica mengutip kata Pandji Pragiwaksono.
Jessica juga menekankan pentingnya pelindungan indikasi geografis yang harus dijaga bersama. Produk indikasi geografis seperti kopi, rempah, dan hasil bumi lainnya yang berada Indonesia, menurutnya, tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mengandung warisan budaya.
“Dengan kekayaan indikasi geografis yang dimiliki Indonesia, kita perlu bercerita pada dunia dimulai dari rumah sendiri. KI adalah modal penting untuk melindungi dan memperkuat potensi lokal,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Daniel Damaz Hadiwijaya dari House of Herbs mengajak peserta lebih dekat untuk mengenalkan manfaat tanaman obat melalui praktik meracik ramuan herbal sederhana, seperti minuman kunyit asam.
Ia juga menekankan bahwa tanaman herbal ini memiliki potensi untuk dikomersialisasikan.
“Melalui House of Herbs, saya ingin mengajak masyarakat lebih dekat dengan alam. Tanaman herbal bisa menjadi identitas produk lokal yang bernilai jika kita mampu melindungi dan mengembangkannya,” jelas Daniel.
Daniel yang berlatar belakang ilmu tanah dari IPB itu menambahkan, “Banyak potensi hilang karena kurangnya kesadaran terhadap kekayaan intelektual. Dengan mendaftarkan karya atau produk, kita bisa menjaga keberlanjutannya sekaligus memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat.”
Kegiatan ini membuktikan bahwa edukasi KI relevan bukan hanya bagi industri besar, tetapi juga bagi UMKM, kreator konten, dan komunitas lokal. Melalui storytelling dan workshop herbal, masyarakat diajak memahami bahwa melindungi KI berarti melindungi jati diri bangsa.
Melalui IP Xpose Indonesia 2025, DJKI berkomitmen terus menghadirkan ruang edukasi sekaligus inspirasi agar semakin banyak pelaku usaha menyadari pentingnya pelindungan KI. Acara ini diharapkan mampu mendorong inovasi berdaya saing global tanpa kehilangan akar budaya Indonesia.